Tujuan dari penelitian adalah mengukur kinerja perikanan dan pariwisata bahari dalam struktur perekonomian Belitung, apakah sektor tersebut memiliki keuggulan komparatif, termasuk pada sektor unggulan/prospektif/berkembang/potensial/terbelakang. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergeseran struktur perekonomian. Hasil pengolahan data mengindikasikan, pertama dari sektor perikanan dan pariwisata termasuk pada sektor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan daya saing karena memiliki nilai komponen pangsa wilayah negatif - 2,58%, dan –1,16%. Kedua, sektor wisata bahari termasuk pada kategori sektor yang mengalami pertumbuhan progresif 3,25% yang diindikasikan dengan dengan nilai pergeseran bersih yang positif. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor yang dulunya tumpuan perekonomian Belitung perikanan dan pertambangan yang diindikasikan dengan nilai pergeseran bersih negatif -11,16%. Ketiga, jika dilihat dari rasio indikator pertambahan pertumbuhan masing-masing sektor adalah wisata 113%, dan perikanan 112%, mengindikasikan kedua sektor ini termasuk yang produktif dan potensial dan tidak terjadi ketimpangan sektor. Keempat, jika dilihat dari profil sektor dalam kuadran, sektor wisata bahari terletak pada kuadran 3 yang berarti termasuk sektor agak mundur. Sedangkan sektor perikanan termasuk pada kuadran 4 yang mengindikasikan sektor ini masuk sektor yang mundur. Di Belitung terjadi pergeseran perekonomian, yang awalnya mengandalkan sektor primer perikanan dan pertambangan, beralih ke sektor tersier industri dan wisata bahari. Diharapkan pemerintah, mendukung mata pencarian alternatif selain sektor pertambangan dan perikanan, seperti sektor wisata bahari. Salah kendala pengembangan mata pencarian alternatif ini adalah perbedaan orientasi usahanya, dimana awalnya masyarakat menggeluti usaha ekstrasi fisik dan beralih menggeluti usaha jasa wisata pelayanan. Performance of Fisheries and Tourism Sub Sectors in BelitungThe objective of this research was to analyze performance of fisheries and marine tourism sector in Belitung Regency. The analysis was to measure whether the sector has comparative advantage, prospective, developed, potential or underdeveloped condition. The research was conducted in 2016 at Belitung Regency. Data were analyzed by economic structure shift analysis. The results indicated a number of findings. First, fisheries and tourism sector did not have comparative advantage and competitiveness due to its negative regional share component - and Second, marine tourism sector had progressive growth indicated from positive net shift component. Instead, despite the fact that fisheries and mining were the base sector of Belitung Regency, they experienced deceleration of growth indicated by a negative net shift component -11,16%. Third, a growth rate ratio analysis indicated that fisheries and marine tourism are productive and potential sectors because they had a positive growth rate ratio of 112% and 113%. Fourth, the marine tourism sector was in quadrant 3, it means that marine tourism was a fairly declining sector. Fisheries sub sector was in quadrant 4, it means that it was a declining sector. There was an economic shift in Belitung from primary sector fisheries and mining to tertiary sector industry and marine tourism. The government was expected to create alternative livelihoods other than mining and fisheries such as marine tourism. However, problem occurred in the difference of business orientation from physical business to industrial and tourism services. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this Mira Cornelia WitomoPenelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perikanan dan bahari pada wilayah sub sektor tersebut termasuk unggulan/terbelakang/potensial/berkembang, apakah prospektifdan memiliki keunggulan komparatif. Penelitian berlangsung pada tahun 2014 di Kabupaten Brebesdan Kabupaten Sumbawa. Penelitian menggunakan metode analisis ”shift share”. Hasil analisismengindikasikan, pertama pada analisis profil pertumbuhan, sub sektor perikanan di Kabupaten Brebestermasuk sektor yang terbelakang/mundur kuadran 4; sedangkan di Sumbawa termasuk padakategori sektor yang potensial. Guna menggenjot sub sektor perikanan ke sektor unggulan, BappedaKabupaten Sumbawa sudah membuat klaster perikanan budidaya, garam, dan tangkap yang sejalandengan program Minapolitan. Pemerintah Kabupaten Sumbawa harus meningkatkan nilai tambahpada sub sektor perikanan supaya masuk pada kategori produktif atau potensial dengan penguasaaanteknologi yang tepat guna. Sektor pariwisata bahari pada Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Brebestermasuk pada kategori sektor unggulan. Kedua, pada analisis pertumbuhan pangsa wilayah, subsektor perikanan dan wisata bahari termasuk pada sektor yang memiliki keunggulan komparatifkarena hanya sedikit komponen input yang diimpor, karena keuggulan komparatif pada suatu wilayahadalah bagaimana wilayah tersebut menghasilkan komoditas/jasa yang bahan bakunya berdasarkansumberdaya yang dimiliki bukan impor dari negara lain. Akan tetapi, sub sektor perikanan di KabupatenBrebes tidak memiliki daya saing karena adanya abrasi di pantai utara Brebes yang menyebabkanhilangnya tambak di beberapa wilayah dan menurunnya hasil tangkapan, hanya sektor wisata bahariyang memiliki keunggulan Fisheries and Tourism Sub Sectors Performance in Economic Structure of Coastal AreaThe objective of this research is to analyze performance of fisheries and marine tourism atcoastal area. Performance were assessed to understanding whether sub-sector featured/backward/potential/ developing, whether these sub sector had a prospective and comparative advantagecategory. This research was conducted on 2014 in Brebes and Sumbawa District. This researchwas using shift share analysis. The result showed that Brebes fisheries sector was in quadrant 4or backward condition, whereas in Sumbawa included in the category of potential sectors. In orderto boost the fisheries sub-sector to the superior sector, Regional Planning Agency of SumbawaDistrict already made cluster aquaculture, salt, and capture fisheries line with minapolitan District Government should increase the value added in the fisheries sub-sector in orderto enter the category of productive or potential authorization appropriate technologies. Marine tourismsector in Sumbawa and Brebes included in the category of leading sectors. Second, the analysis ofthe share region growth, sub sector of fisheries and marine tourism, including in sectors that have acomparative advantage because only a few imported inputs components, because comparativeexcellence to an area is how the region produces commodities / services with raw materials based onthe resources they have not import from other countries. However, the fisheries sub-sector in Brebes isnot competitive because of their abrasion on Brebes north coast which causes a loss of ponds in someareas and declining catches, only the marine tourism sector has a comparative Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi TenggaraZ AbidinAbidin, Z. 2015. Aplikasi Analisis Shift Share Pada Transformasi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Sulawesi Tenggara. Jurnal Informatika Pertanian 24 2 Wisata Bahari Di Pesisir Pantai Teluk LampungD AbdillahAbdillah, D. 2016. Pengembangan Wisata Bahari Di Pesisir Pantai Teluk Lampung. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia 1 1 F BudiantoE SusiloIndrayaniBudianto, Susilo, E. & Indrayani. 2013. Implementasi Pengembangan Pariwisata DiPulau-Pulau Kecil Terhadap Masyarakat Pesisir Desa Lihunu, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Eksofim 1 1 Tahun DKP Kabupaten BelitungDinas Kelautan Dan PerikananDinas Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Tahun DKP Kabupaten Belitung. Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Propinsi Jawa Tengah TahunA HasaniHasani, A. 2010. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 dan Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Potensi Wisata Bahari Dalam Meningkatkan Ekonomi Maritim Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim DuniaV J HustinHustin, 2017. Pengembangan Potensi Wisata Bahari Dalam Meningkatkan Ekonomi Maritim Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. tanggal 1 Maret Perikanan Dalam Kerangk Pengembangan Ekonomi Wilayah di ProvinsiJawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut PertanianH M HudaHuda. 2015. Pembangunan Perikanan Dalam Kerangk Pengembangan Ekonomi Wilayah di ProvinsiJawa Timur. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Jawa Barat. Tesis.Kajian Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Halmahera Utara Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan CakalangM R IsmailIsmail. M. R. 2007. Kajian Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Halmahera Utara Tinjauan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Cakalang. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Jawa Barat. Tesis.Keunggulan Sub Sektor Perikanan Dan Pariwisata Bahari Dalam Struktur Perekonomian Wilayah Pulau-Pulau KecilMira. 2013. Keunggulan Sub Sektor Perikanan Dan Pariwisata Bahari Dalam Struktur Perekonomian Wilayah Pulau-Pulau Kecil. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan 8 2 Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Suarakarta. Skripsi. Fakultas EkonomiA I PertiwiPertiwi, 2015. Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Suarakarta. Skripsi. Fakultas Pengembangan Wisata Bahari Pantai MalalayangF RazakB O L SuzanaG H KapantaouwRazak, F., Suzana, & Kapantaouw, 2017. Strategi Pengembangan Wisata Bahari Pantai Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara. Agri-Sosio Ekonomi 13 1 Arah Transformasi Struktural Pada Sektor PrimerY P M SitumorangSitumorang, 2008. Analisis Arah Transformasi Struktural Pada Sektor Primer, Sekunder dan Tersier Pendekatan Estimasi Elastisitas Tenaga Kerja dan Analisis Shift Share, Kasus 5 Kota Besar di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Skripsi. 180 Ekonomi di Dunia KetigaM TodaroS SmithTodaro, M. & Smith, S. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Erlangga.
KBBI) edisi keempat (2008), masing-masing definisi dari kata-kata diatas adalah sebagai berikut; Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, Sedangkan untuk Wisata yaitu bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang).
Bulman Satar, Praktisi Pembangunan TAK ada yang lebih menyakitkan bagi Aceh selain “prestasi” sebagai daerah termiskin, pertama di Sumatera dan ke-enam tingkat nasional-Indonesia. Inilah ironi terbesar yang tak sepatutnya terjadi. Kaya sumber daya alam, berada di posisi strategis di perlintasan jalur perdagangan nomor dua tersibuk di dunia, Selat Malaka, juga posisinya di ujung paling Barat Indonesia dengan akses yang terbuka dan langsung via laut dan udara ke beberapa kawasan di belahan Barat dunia India dan Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Mediterania, dan Eropa, dengan potensi market lebih dua miliar populasi manusia. Semua keunggulan ini nyatanya belum mampu dikapitalisasi untuk melejitkan pembangunan dan kemajuan ekonomi Aceh. Suntikan dana Otsus yang lumayan mendongkrak belanja pembangunan, dan di awal diharap bisa menjadi stimulan akselerasi pembangunan Aceh, ternyata juga belum berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat, yang terus dikonfirmasi oleh status kemiskinan Aceh. Sementara di sisi lain sesuai “kontrak”, mulai 2023, tahun ini, alokasinya berkurang dari dua menjadi satu persen dari Dana Alokasi Umum DAU hingga habis masa alokasinya pada tahun 2027, dan sulit berharap di tengah beratnya beban fiskal negara aspirasi perpanjangannya akan dipenuhi oleh Pemerintah Pusat. Reorientasi Lalu apa pilihannya sekarang buat Aceh? Sebenarnya kita tidak perlu terlalu kuatir dan risau dengan menyusut dan habisnya masa alokasi dana Otsus. Masa depan Aceh belum sampai pada tingkat berada di titik buntu karena masih memiliki modalitas SDA yang melimpah plus posisi geostrategis yang sangat potensial menjadi keunggulan kompetitif daerah ini. Tinggal sekarang bagaimana kedua faktor pemungkin ini bisa dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal. Setidaknya, secara umum ada tiga hal yang perlu dibenahi sekaligus didorong menjadi strategi baru pembangunan Aceh ke depan untuk menjawab syarat tersebut di atas, yaitu pertama pembangunan Aceh mesti dikelola dengan perspektif program, bukan proyek. Proyek dan kegiatan itu adalah turunan dari yang harus dikawal dan diberi rapor merah, kuning, hijau itu bukan hanya realisasi fisik dan anggaran proyek dan kegiatan dengan lebih melihat sisi ouputnya, tapi juga realisasi program yang lebih menekankan pada outcome dan impact pembangunan. Kedua, pembiayaan pembangunan Aceh ke depan tak boleh lagi terpaku kaku hanya pada APBA. Sudah harus ada langkah progresif menghimpun dan mengonsolidasi sumber-sumber pembiayaan lain baik itu APBN terutama dengan memperbanyak dan memperkuat program strategis nasional di Aceh sehingga dengan sendirinya menjadi komitmen APBN untuk membiayai sekaligus mengurangi beban APBA yang mulai juga ada sumber-sumber pembiayaan lain yang cukup prospek seperti dana hibah luar negeri, investasi swasta, dana Corporate Social Responsibility CSR, kredit perbankan, dan dana gampong. Kemudian strategi ketiga adalah tourism mainstreaming, menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan pengungkit pertumbuhan ekonomi Aceh. Mengapa pariwisata? Fokus pada poin ketiga, mengapa harus pariwisata? Ada beberapa alasan. Pertama, sektor pariwisata memiliki keunggulan karena sifatnya yang open and inclusive investment, dengan memberi ruang keterlibatan semua pihak sesuai dengan kapasitas modalnya masing-masing, mulai dari investor besar, koperasi dan UKM, komunitas, gampong, hingga per-individu masyarakat. Jadi mulai dari investasi kelas kakap sampai yang paling kecil bisa berkontribusi sebagai pelaku sekaligus menjadi penerima manfaat dari program pengembangan kepariwisataan ini. Faktor inilah yang membuat multiplyer effects dari program pengembangan sektor kepariwisataan relatif lebih luas dibanding sektor-sektor penerima manfaat dan kontribusi besarnya terhadap pendapatan devisa di tingkat global, telah memotivasi banyak negara di dunia saling berlomba menggali dan meningkatkan PDB-nya dari sektor ini. Kedua, nyaris setiap jengkal tanah Aceh adalah destinasi wisata dengan daya tarik dan pilihan yang cukup beragam, mulai dari wisata bahari, agrowisata, wisata tsunami, wisata riset, hingga wisata budaya dan sejarah. Daya tarik wisata Aceh ini tidak kalah bahkan dalam beberapa aspek malah lebih unggul dibanding daerah-daerah lain. Tinggal dipoles dan dikelola saja dengan baik, maka Insya Allah akan memberikan dampak signifikan bagi ekonomi Aceh. Tren positif geliat pariwisata di Aceh Tengah, dataran tinggi Gayo, saat ini, sekadar contoh, adalah bukti nyata bahwa sektor ini sangat menjanjikan untuk digarap. Ketiga, Aceh juga memiliki keunggulan dari sisi pasar. Thailand, Malaysia, plus Singapura adalah titik transit masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia. Secara geografis Aceh berada sangat dekat dengan ketiga titik ini. Di sinilah peluang Aceh bisa memanfaatkan momentum mempromosikan daya tarik wisatanya sehingga kunjungan wisatawan bisa meningkat pesat hingga terus bertumbuh menjadikan sektor pariwisata lokomotif utama pembangunan ekonomi Aceh. Strategi
. 27 425 283 123 469 6 456 408
berikut ini yang bukan manfaat pembangunan sektor pariwisata bahari adalah